Luhut Kenang Masa Kritis COVID-19: RI Nggak Kebagian Parasetamol India
Nusa Dua –
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengingat kembali masa-masa kritis COVID-19 di Indonesia. Khususnya, saat gelombang varian Delta sedang tinggi-tingginya di Indonesia.
“Enam bulan lalu saya masih ingat, apalagi ada delta varian, situasinya global sangat buruk,” ujar Luhut dalam sambutannya di acara SOE International Conference, di Bali Nusa Dua Convention Center, Senin (17/10/2022).
Kebetulan, di agenda tersebut juga dihadiri oleh Mantan PM Inggris Tony Blair. Luhut pun memaparkan kepada Tony Blair di masa pandemi Indonesia sempat tak mendapatkan pasokan obat parasetamol.
Pasalnya, saat itu India sebagai negara eksportir parasetamol ke Indonesia juga mengalami serangan pandemi COVID-19 yang tak kalah besarnya dengan Indonesia. Kebijakan lockdown pun diambil pemerintah India dan membuat produksi parasetamol terhenti.
Namun, saat itu peran BUMN cukup besar menurut Luhut. Perusahaan-perusahaan pelat merah langsung gerak cepat untuk memasok parasetamol dengan berbagai cara, termasuk memproduksi sendiri.
“Peran BUMN, Pak Tony Blair, ini sangat vital saat COVID-19, bagaimana dia provide obat-obatan dan vaksinasi sangat menolong banyak orang. Bahkan, saat India lockdown kita nggak bisa impor parasetamol. Makanya BUMN gerak cepat untuk provide parasetamol sendiri,” papar Luhut.
“Sekarang ini kita bisa provide 50-60% kebutuhan obat-obatan kita secara lokal,” ujarnya.
Luhut melanjutkan di masa pandemi COVID-19, BUMN memang menjadi garda terdepan penanganan pandemi. Salah satunya adalah mempercepat program vaksinasi.
“BUMN juga berkontribusi banyak pada penanganan pandemi, puncak COVID yang lalu BUMN di sektor kesehatan bisa jadi garda terdepan dalam percepatan penangan pandemi dan lakukan program vaksin COVID-19 dan berkolaborasi strategis dari rumah sakit hingga farmasi sangat berkontribusi kurangi COVID-19,” papar Luhut.
(hal/eds)