Tanggapan Pakar soal Studi Ungkap Kena COVID-19 Lebih dari Sekali Berisiko Fatal
Sebuah studi baru-baru ini menemukan mereka yang terpapar COVID-19 lebih dari sekali, berisiko dirawat inap bahkan berakhir fatal atau kematian. Adapun studi tersebut dipimpin oleh Dr Ziyad Al-Aly dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington yang membandingkan analisis data dari 443.588 pasien COVID-19 dengan sekali infeksi, 40.947 dengan dua kali infeksi COVID-19 atau lebih dari itu, dan 5,3 juta orang yang tidak pernah terpapar COVID-19.
“Infeksi ulang atau reinfeksi COVID-19 meningkatkan risiko keparahan dan jangka panjang. Bahkan jika seseorang memiliki infeksi sebelumnya dan sudah divaksinasi, yang berarti mereka memiliki kekebalan ganda dari antibodi dari infeksi COVID-19 ditambah vaksin, mereka masih rentan terhadap hasil yang merugikan setelah terinfeksi ulang,” terang dia, dikutip dari Reuters, Jumat (11/11/2022).
Terkait hal itu, Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan RSUP Persahabatan, dr Prasenohadi, PhD, SpP(K), KIC, mengungkapkan sampai saat ini masih belum bisa dipastikan apakah infeksi berulang COVID-19 bisa menyebabkan kerusakan organ seperti paru atau tidak. Menurutnya, penyakit ini masih sangat baru, sehingga masih harus dipantau dalam waktu 5 sampai 10 tahun ke depannya.
Meskipun begitu, ia menyebut infeksi virus COVID-19 pada beberapa kasus kelompok rentan memang bisa menyebabkan kerusakan paru permanen.
“Jadi dia membutuhkan oksigen terus. Tapi sebagian besar bisa sembuh dengan baik,” ucapnya saat konferensi pers BNPB, Rabu (16/11).
“Jadi risetnya masih mungkin beberapa kasus, kita harus melihat jangka panjang. Ini penyakitnya baru, kita hadapi dengan baru, kemudian kita lawan dengan vaksinasi, tentu ini menjadi suatu yang harus diperhatikan,” katanya lagi.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwasanya tak hanya COVID-19 yang berpotensi menyebabkan kerusakan organ, tetapi juga penyakit lain seperti tuberkulosis atau TBC.
“Kalau memang diperkirakan ke depannya menyebabkan berbagai kerusakan organ, tentu pengobatan atau observasi harus diperhatikan,” tuturnya.
“Jadi kita lihat ke depannya, apakah COVID menyebabkan kerusakan permanen atau tidak,” sambungnya lagi.
Simak Video “Pernyataan Rizky Billar Usai Bebas dari Kacamata Pakar Ekspresi“
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)