Permukaan Tanah Menyusut, DKI Jakarta Terancam Tenggelam 2050
ISUUTAMA – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan tanah di wilayah DKI Jakarta mengalami penyusutan hingga 18 cm per tahun. Kejadian ini dikaitkan dengan masyarakat yang sering memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari.
“Permukaan tanah turun 12-18 cm per tahun akibat banjir air tanah. Pemprov DKI tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa memungkiri. Kecuali bisa membawa air bersih ke Jakarta,” kata Basuki. Penandatanganan Fasilitas Sindikasi Kredit (ABJ) PT Air Clean Jakarta dengan bank dan lembaga keuangan pada Senin (20/02/20) di Jakarta.
Menurut Basuki, salah satu solusi konkret untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan terus mendorong proyek penyediaan air bersih. Dengan begitu pemerintah bisa meminta masyarakat menghentikan kebiasaan dalam penggunaan air tanah. Langkah ini juga sebagai upaya untuk memperbaiki lingkungan di Jakarta.
Sejalan dengan tujuan tersebut, kata Basuki, pemerintah saat ini menggaungkan tiga proyek air minum di DKI Jakarta. Antara lain SPAM Regional Jatiluhur 1, SPAM Regional Djuanda, dan SPAM Regional Karian-Serpong.
Baca juga : Lengkap! Ini Daftar Daerah Rute MRT Jakarta Fase III
“Kalau itu bisa kita selesaikan, kita bisa suplai air bersih ke Jakarta. Maka, kita 2030 bisa sampaikan pada rakyat untuk setop pakai air tanah. Hanya dengan itu, penggunaan air tanah bisa dihentikan,” ucapnya.
Sebagai tambahan informasi, Jakarta menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang diprediksikan akan tenggelam akibat krisis iklim global. Kondisi ini terlihat di beberapa kawasan pesisir di bagian utara DKI Jakarta yang kerap dilanda banjir rob akibat kenaikan pasang air laut.
Dilansir dari detikcom, Jakarta disebut-sebut mengalami penurunan muka tanah hingga 6,7 inci per tahun pada November 2022 akibat pengambilan air tanah yang berlebihan. Aktivitas pemompaan ini menyebabkan perubahan tekanan dan volumeyang membuat tanah semakin lama semakin rendah.
Sebagian besar kota Jakarta diprediksi akan tenggelam pada tahun 2050. Meski hanya prediksi, namun nyatanya memang sebagian wilayah Jakarta berada di area yang lebih rendah dari permukaan laut.
Baca juga : Mengapa di Jakarta Semakin Macet? Ini Penyebabnya
Peringatan ini juga sudah datang beberapa kali, salah satunya dari Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, pada awal Agustus lalu. Ia menyoroti kondisi tingginya penggunaan air tanah di Ibu Kota, yang bisa berimbas pada bencana tersebut apabila tidak ditindaklanjuti.
“Dan prediksinya di tahun 2050 diprediksikan 90 persen dari wilayah Jakarta terutama di bagian utara itu akan bisa juga kemudian tenggelam karena budaya atau kemudian penggunaan air yang kemudian tidak segera diselesaikan dan terus mengambil air dari tanah yang memang semakin seeking pastinya,” sambungnya.
Tidak hanya Arief, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP Ida Mahmudah juga menegaskan hal tersebut. Ia meminta ketegasan Pemprov DKI terkait aturan pemakaian air tanah.
“Satu contoh saja rumah susun kita itu banyak yang belum tersambung oleh air PAM. PDAM belum menyambungkan pipanya ke rumah susun yang ada di pemda DKI, ini satu contoh. Memang kurang concern-nya kita terhadap pemakaian air ini,” kata Ida kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
Baca juga : Belum Berlaku, Jalan Berbayar (ERP) Masih Berupa Usulan
Prediksi tenggelamnya Jakarta tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga datang dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) Amerika Serikat. Prediksi Jakarta sangat berisiko dan rentan tenggelam itu diungkapkan NASA pada laman resminya pada pertengahan tahun ini.
Penyebabnya adalah gabungan dari berbagai faktor, perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air di Ibu Kota RI ini.
“Dengan meningkatnya suhu global dan pencarian lapisan es, banyak kota pesisir menghadapi risiko banjir yang semakin besar. Itu dikarenakan kenaikan permukaan air laut,” tulis NASA.
Rata-rata permukaan laut global naik sebesar 3,3 milimeter setiap tahun. Bahkan saat ini, hujan semakin intens dengan atmosfer yang makin memanas.
Selain itu, turunnya permukaan tanah Jakarta juga dipercepat oleh urbanisasi, perubahan fungsi lahan, dan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Penyempitan atau penyumbatan saluran sungai dan kanal oleh sedimen dan sampah juga turut mempercepat penurunan tanah di Jakarta.
Baca juga : Pemprov DKI akan Terapkan Jalan Berbayar Atasi Kemacetan