Pentingnya Ilmu Parenting dalam Menghadapi Bullying pada Anak
IsuUtama.com – Bullying pada anak adalah sebuah permasalahan serius yang dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesejahteraan dan perkembangan psikologis mereka. Bullying bisa terjadi di berbagai tempat, termasuk sekolah, tempat bermain, bahkan di lingkungan online. Pentingnya ilmu parenting dalam konteks ini adalah untuk membekali orang tua dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengatasi kasus bullying dengan efektif.
Ilmu parenting memberikan pemahaman tentang bagaimana membangun hubungan yang sehat dengan anak, komunikasi yang terbuka, serta memperkuat rasa percaya diri dan harga diri anak. Orang tua yang terlatih dalam ilmu parenting akan lebih mampu membimbing anak dalam menghadapi tekanan sosial, mengatasi konflik, serta memperlakukan orang lain dengan empati dan pengertian.
Selain itu, ilmu parenting juga mengajarkan strategi untuk mendukung anak yang menjadi korban bullying, seperti memberikan dukungan emosional, membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan resiliensi, serta melibatkan pihak sekolah atau otoritas yang berwenang untuk mengatasi situasi tersebut.
Dengan demikian, pemahaman yang kuat tentang ilmu parenting tidak hanya membantu orang tua membangun hubungan yang baik dengan anak mereka, tetapi juga menjadi kunci dalam mencegah dan mengatasi kasus bullying sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Menurut Nuran Abdat, seorang Psikolog Klinis dari Brawijaya Healthcare, bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang yang dapat menghasilkan opini atau komentar yang membuat target merasa terintimidasi atau terhakimi, dan mengakibatkan dampak negatif pada korban. Dampak psikologis dan fisik dari bullying dapat sangat merugikan. Faktor-faktor seperti lingkungan, teman sebaya, dan didikan keluarga, terutama dari orang tua, dapat memengaruhi seorang anak untuk melakukan perilaku bullying.
Anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis, termasuk yang mengalami perceraian atau KDRT, cenderung menunjukkan perilaku yang tidak baik. Faktor lingkungan juga berperan penting; seseorang yang terbiasa dengan kekerasan dalam lingkungannya kemungkinan besar akan meniru perilaku tersebut.
Orang tua, khususnya ayah dan ibu, memiliki peran sentral dalam membentuk karakter baik pada anak-anak. Sayangnya, dalam era ini, seringkali orang tua memilih untuk menitipkan anak-anak pada pengasuh daripada memberikan pengasuhan secara langsung. Hal ini seringkali menjadi sumber masalah.
Anak yang jarang bersama orang tua cenderung mendapatkan pengasuhan yang kurang tepat, terutama jika pengasuh tersebut tidak memahami metode pengasuhan yang sesuai dengan usia anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mempelajari ilmu parenting agar dapat mengasuh anak dengan benar dan mencegah terbentuknya perilaku yang tidak baik.
Ilmu parenting sebaiknya dipelajari oleh calon orang tua sejak merencanakan kehamilan, karena menjadi orang tua merupakan pengalaman seumur hidup. Menurut definisi dari APA (American Psychological Association), parenting adalah pola pengasuhan anak oleh orang dewasa yang bertujuan untuk menjaga kesejahteraan anak, mempersiapkan mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan mentransmisikan nilai-nilai budaya. Sementara itu, menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, parenting adalah interaksi antara orang tua dan anak yang bertujuan untuk mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, intelektual, dan spiritual anak.
Menurut penelitian yang melibatkan lebih dari 10.000 siswa, orang tua, guru, dan administrator, yang dilakukan oleh para peneliti di North Carolina State University, Universitas Brigham Young, dan University of California, anak-anak yang memiliki orang tua yang terlibat dalam kegiatan mereka, baik di rumah maupun di lingkungan sekolah, cenderung mencapai kesuksesan yang lebih besar. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah, memiliki dampak positif yang signifikan pada perkembangan anak. Ada banyak kegiatan sederhana yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, seperti mengikutsertakan mereka dalam aktivitas rumahan, mengenalkan rekreasi edukatif terhadap hal-hal baru, dan banyak lagi.
Parenting sendiri terdapat beberapa jenis
1. Authoritarian Parenting, ciri-cirinya orang tua yang berlaku otoriter (memeritah) kepada anak. Orang tua dengan jenis parenting ini masakan kehendaknya, dia selalu menganggap apa yang dikatakannya adalah benar dan anak harus menuruti apa yang dia mau. Dampak pola pengasuhan seperti ini anak biasanya tidak sulit untuk mengikuti sebuah aturan namun anak bertindak agresif dan kehilangan harga dirinya karena seringkali pendapat yang dia kem
Bahkan tidak dihargai oleh orang lain dalam hal ini penyebabnya adalah orang tua. Adanya aturan yang terlalu ketat juga untuk anak menjadi seorang pembohong, Hal ini dilakukan karena anak ingin menghindari hukuman yang biasa diberikan oleh orang tua dengan pola asuh otoriter.
2. Authoritative Parenting, ini adalah kebalikan dari authoritarian parenting, authoritative parenting justru memberikan dukungan terhadap pilihan yang diambil anak, hasilnya anak lebih percaya diri. Dengan pola asuh seperti ini akan lebih mudah dalam mengemukakan pendapatnya. Cenderung akan menjadi lebih menurut tanpa paksaan. Dan anak akan lebih bijak dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Pola pengasuhan ini juga dinilai sebagai salah satu pola pengasuhan yang paling banyak melahirkan anak-anak yang sukses saat dewasa.
3. Indulgent Parenting, orang tua bertindak amat permisif terhadap pilihan atau pemikiran anak. Akibat dari pola asuh ini anak akan cenderung manja dan sulit mengikuti aturan bahkan bisa berperilaku tidak menghormati orang tua karena dari kecil keinginannya selalu harus terpenuhi. Pola pengasuhan ini juga banyak menghasilkan anak dengan sosok yang kurang percaya diri dan takut dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
4. Neglectful Parenting, dalam pola asuh ini orang tua tidak banyak berperan bahkan komunikasi dengan anak pun kurang. Hal ini diakibatkan karena orang tua yang bekerja full sehingga tidak memiliki kesempatan untuk sekedar menghabiskan waktu bersama anak. Akibat pola pengasuhan ini menimbulkan jarak antara anak dengan orang tua. Tumbuh menjadi penyendiri dan kurang percaya diri juga takut untuk mengemukakan apa yang ada dalam benaknya, dan kurang bahagia.
Dampak dari pola pengasuhan tersebut bisa jadi berbeda karena faktor-faktor lain namun bisa menjadi gambaran efek dari pola asuh yang diterapkan. Orang tua wajib menerapkan pola asuh yang sesuai dengan anak-anaknya dan bisa menjadikan anaknya sebagai sosok yang sukses dan bertumbuh kembang baik juga produktif
Baca Juga : Silent Majority di Pemilu 2024
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari IsuUtama.com. Untuk kerjasama lainnya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.