Tiongkok Hadapi Krisis Kesehatan Keadaan Darurat Ditetapkan di Tengah Wabah Virus
IsuUtama.com – Pemerintah Tiongkok telah mengumumkan pemberlakuan keadaan darurat menyusul lonjakan kasus penyakit pernapasan yang melanda berbagai kota besar, termasuk Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Penyakit-penyakit yang terdeteksi antara lain influenza A, human metapneumovirus (HMPV), mycoplasma pneumoniae, dan Covid-19. Situasi ini menyebabkan rumah sakit kewalahan dalam menangani pasien, dengan banyaknya penderita yang terpaksa dirawat di lorong-lorong rumah sakit karena ruang gawat darurat telah penuh sesak.
Melansir pada Kamis (2/1/2025), kekurangan pasokan penting seperti oksigen dan obat antivirus semakin memperburuk situasi. Tenaga medis yang sudah bekerja ekstra pun harus menghadapi jadwal kerja ganda untuk menangani lonjakan pasien. Meskipun pemerintah telah meningkatkan langkah-langkah tanggap darurat, rumah sakit tetap kesulitan menghadapi arus pasien yang terus meningkat.
Krisis ini juga berimbas pada krematorium di seluruh negeri. Laporan menunjukkan adanya penumpukan jenazah yang signifikan, dengan beberapa krematorium beroperasi sepanjang waktu namun tetap kesulitan memenuhi tingginya permintaan. Video yang beredar di media sosial menunjukkan antrean panjang di krematorium, sementara keluarga terpaksa menunggu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu untuk mendapat layanan kremasi. Hal ini semakin memperburuk tekanan emosional bagi warga Tiongkok yang terdampak, dan mereka mulai menyuarakan kemarahan dan frustrasi melalui media sosial.
Tagar terkait wabah ini menjadi tren di platform Weibo, dengan banyak pengguna berbagi pengalaman mereka langsung. Seiring meningkatnya ketidakpuasan, kritik terhadap pemerintah semakin kencang, sementara pengguna internasional juga menyampaikan keprihatinan dan dukungan mereka.
Menanggapi situasi ini, pemerintah Tiongkok berjanji untuk mengirimkan lebih banyak tenaga medis ke wilayah-wilayah yang paling terdampak serta meningkatkan produksi pasokan penting. Rumah sakit nonpermanen juga didirikan untuk membantu mengurangi kepadatan di fasilitas kesehatan utama. Selain itu, langkah penahanan diberlakukan di zona dengan tingkat penularan yang tinggi.
Para ahli kesehatan menyoroti tantangan sistemik yang ada, seperti kepadatan penduduk dan kelemahan infrastruktur kesehatan, yang semakin menyulitkan respons terhadap krisis ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta badan internasional lainnya menyatakan siap memberikan bantuan kepada Tiongkok. Wabah ini juga telah memicu seruan global untuk memperkuat kesiapan dunia dalam menghadapi pandemi di masa depan.
Para ahli menekankan bahwa kejadian ini menegaskan pentingnya sistem kesehatan yang tangguh di seluruh dunia. Kepercayaan publik terhadap pemerintah semakin merosot, terutama dengan kondisi rumah sakit yang penuh dan krematorium yang beroperasi melebihi kapasitas. Respons terhadap krisis ini tidak hanya akan memengaruhi situasi domestik Tiongkok, tetapi juga berpotensi membentuk kebijakan kesehatan global di masa mendatang. Diharapkan, pelajaran yang diambil dari wabah ini dapat meningkatkan kesiapan dunia menghadapi kondisi darurat kesehatan serupa di masa depan.