Cerita Peneliti Sempat Uji Vaksin Merah Putih Disuntik ke Diri Sendiri
Pemerintah rencananya membeli 10 juta dosis vaksin COVID-19 dalam negeri termasuk vaksin Merah Putih yang kini bernama Inavac untuk ketersediaan stok booster di tengah kasus COVID-19 kembali merangkak naik. Bukan perjalanan singkat untuk sampai mendapat izin BPOM, Ketua peneliti vaksin Merah Putih Unair Surabaya Fedik Abdul Rantam menceritakan banyak hambatan di proses pengembangan.
Termasuk sulitnya mencari subyek atau relawan yang belum pernah divaksinasi COVID-19. Vaksin Inavac dikembangkan beriringan dengan program pemerintah yang kala itu menggencot cakupan vaksinasi COVID-19 hingga melampaui 70 persen untuk dua dosis atau primer.
Ia bercerita, vaksin COVID-19 Inavac juga sempat ia suntikkan sendiri ke tubuhnya.
“Sejak animal trial fase kedua menggunakan macaca (sejenis monyet) itu vaksin kami sebelum diujicobakan ke animal itu saya suntikkan pada saya sendiri,” cerita Fedik, dikutip dari CNNIndonesia TV, Sabtu (12/11/2022).
Fedik menyebut pengembangan vaksin COVID-19 Inavac melalui sejumlah tahapan ketat. Setelah dilakukan uji hewan, dilanjutkan dengan pengujian pada manusia yakni fase tiga untuk melihat efektivitas dan keamanan vaksin COVID-19.
Barulah BPOM RI ‘turun tangan’ melihat lebih lanjut hasil uji klinis dengan pertimbangan apakah bisa segera diberikan izin darurat. Jika sudah mengantongi izin, produksi massal baru bisa diberlakukan.
“Karena saya buat sendiri, saya bisa evaluasi. saya yakini vaksin yg saya formulasikan yg saya buat itu adalah aman. Saya meyakinkan untuk diri saya sendiri dan untuk vaksin itu kualitasnya baik atau tidak.”
“Bahwa ada yang ditemukan tempat suntikan agak nyeri setelah diimunisasi, ada yang mungkin, sorry, kok masih agak keras di tempat suntikan; ada yang nafsu makan turun; nafsu makan meningkat; tapi juga turun; nah kemudian ketika ada memang ada ditemukan sakit kepala misalnya itu,” beber dia.
Simak video ‘Vaksin Merah Putih Inavac Dinilai Efektif Lawan Omicron XBB’:
(naf/naf)